Air merupakan sumber potensial bagi penyakit-penyakit infeksi, oleh
karena itu pemurnian air sangat penting bagi kesehatan manusia. Namun,
air yang jernih tidak menjamin terbebas dari mikroorganisme patogen.
Oleh karena itu, identifikasi keberadaan mikroorganisme di air penting
dilakukan.
Mikroba kelompok Coliform sering digunakan sebagai
indikator terjadinya kontaminasi pada air. Yang termasuk kelompok
coliforms adalah :
a. E.coli
b. Kleibsiella pneumoniae
c. Enterobacter aerogenes
Pencirian coliform:
a. gram negatif
b. fakultatif aerobik
c. tidak berspora
d. memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam 48 jam pada 35oC
Test coliform dilakukan melalui:
a. Most Probable Number (MPN)
b. Membrane Filter (MF)
Pada MPN, air yang diuji dimasukkan dalam media pertumbuhan coliform. Bakteri yang tumbuh selanjutnya dihitung jumlah koloninya
Pada
MF, 100 ml air yang akan diuji disaring melalui membran, akibatnya
bakteri akan menempel di membran yang selanjutnya membran ditumbuhkan
dalam medium yang mengadung eosin-methylene blue (EMB). Bakteri yang
tumbuh selanjutnya dapat dihitung jumlahnya.
Cara pemurnian air minum dari coliform ini dapat dilakukan dengan penyemrotan gas chlorine serta filtrasi.
Pengolahan limbah
Air
limbah dapat berasal dari limbah domestik maupun industri. Pengolahan
limbah cair ini dapat dilakukan secara fisika, kimia dan biologi
(mikrobiologi). Tujuan utama pengolahan limbah cair adalah untuk
mengurangi polutan organik dan anorganik dalam limbah cair ke level
dimana mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan senyawa toksik dapat
dieliminir. Indikator pencemaran limbah cair dapat diukur dari
Biochemical Oxygen Demand (BOD), jumlah relatif oksigen terlarut yang
dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi materi organik dan
anorganik dalam limbah cair. Makin tinggi oksigen yang digunakan,maka
nilai BOD makin tinggi pula.
Pengolahan limbah cair memerlukan beberapa tahapan :
1. Tahap primer
2. Tahap sekunder
3. Tahap tersier
1. Tahap primer
Hanya
menggunakan metode pemisahan secara fisika, dimana materi padat ,
organik dan anorganik dipisahkan dari limbah cair. Selanjutnya hasil
dari tahap primer akan disalurkan ke tahap sekunder dimana terjadi
reduksi kandungan polutan organik.
Tahap sekunder :
Perlakuan
limbah cair pada tahap kedua ini dilakukan dengan bantuan
mikroorganisme dengan atau tanpa adanya oksigen untuk mereduksi
kandungan bahan organik dalam limbah cair.
a. Pengolahan limbah cair secara anaerobik
Tahap ini digunakan untuk mendegrasi limbah cair yang mengandung
polutan organik dalam jumlah besar. Pada tahap anaerobik ini akan
terlibat berbagai spesies bakteri yang akan melakukan reaksi fermentasi
dan pemecahan materi organik, seperti limbah selulosa dan serat lainnya
yang berasal dari sisa makanan atau tanaman berserat. Tempat terjadinya
proses anaerobik ini disebut dengan sludge digestor atau bioreactor.
Enzim polisakarase, lipase, dan protease akan mendegradasi makromolekul menjadi produk akhir gas CH4 dan CO2
b. Pengolahan limbah cair secara aerobik
Pada tahapan ini digunakan bakteri aerobik untuk limbah cair yang mengandung sejumlah kecil polutan organik.
Tahap tersier
Tahap
ini merupakan metode fisikokimia atau biologis dengan menggunakan suatu
bioreaktor, pengendapan, filtrasi atau khlorinasi. Metode ini hampir
sama dengan metode pemurnian air minum. Tujuan utama tahap ini adalah
untuk mereduksi polutan anorganik, seperti fosfat, nitrit dan nitrat
dari efluen tahap akhir. Tahap ini biasanya juga dilakukan dengan
menggunakan radiasi ultraviolet dan ozone.
No comments:
Post a Comment